Kasus:
Bapak
Subaki, pensiunan dokter ahli dan pernah mengikuti pendidikan manajemen,
sekarang adalah Direktur Utama Rumah Sakit Kolombo. Subaki baru saja memulai
pertemuan dengan administrator rumah sakit, saudara Asmuni. Tujuan pertemuan
adalah untuk mencari penyelesaian yang dapat diterima oleh semua pihak tentang
masalah konflik wewenang yang jelas kelihatan antara saudara rianto dan kepala
bagian operasi, dr.Hastomo.
Dr.Hastomo telah mengajukan tantangan pada subaki untuk
bermain golf di lapangan golf milik Atma Jaya, tetapi ajakan ini cuma suatu
alasan dr.hastomo untuk mendiskusikan masalah rumah sakit dengan Subaki. Masalah
yang dipersoalkan dr.hastomo yang menyangkut penjelia (supervisor) rungan
operasi, Rinto Panggabean, dimana Rinto membuat skedul serangkaian kegiatan
operasi rumah sakit sesuai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dia “percaya”
telah digariskan oleh administrator rumah sakit.
Rinto menyusun skedul dengan suatu pedoman bahwa waktu
mengaggur runang pengoperasian harus diminimumkan. Para ahli bedah mengeluhkan
bahwa skedul pelaksanaan operasi sering tidak memungkinkan mereka mempunyai
cukup waktu untuk menyelesaikan prosedur pembedahan dengan cara yang mereka
pikir perlu dilakukan. Terlebih lagi, sering waktu tidak mencukupi untuk
persiapan efektif antar operasi sebelum prosedur berikutnya.
Situasi mencapai kritis ketika dr. Hastomo, yang sedng
menghadapi konfrontasi eksplosif dengan Rinto, memberitahunya bahwa dia memecat
Rinto. Dr.Hastomo menegaskan bahwa dia mempunyai wewenang terhadap segala
masalah yang mempengaruhi praktik medis dan perawatan pasien secara baik dalam
rumah sakit. Dia menyatakan hal itu merupakan masalah medis dan mengancam untuk
menyerahkannya kepada dewan direktur rumah sakit.
Setelah pertemuan antara Subaki dan Asmuni mulai,dia
menekankan bahwa seorang administrator rumah sakit secara legal bertanggung jawab
atas perawatan pasien dalam rumah sakit. Dia juga berpendapat bahwa kualitas
penanganan pasientidak dapat dicapai tanpa direktur memberi wewenang kepada
administrator untuk membuat keputusan-keputusan, mengembangkan program-program,
merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan, dan mengimplementasikan
perosedurprosedur. Dr.Hastomo kemudia meminta kepada Subaki untuk memperjelas,
dengan suatu cara definitif, garis-garis wewenang dalam rumah sakit kolombo.
Setelah Subaki mengakhiri pertemuannya dengan Asmuni,
kepelikan masalah telah jelas baginya, tetapi penyelesaiannya masih belum
begitu jelas. Subaki tahu bahwa perlu dibuat suatu keputusan dan segera.
Pertanyaan Kasus:
- Mengapa saudara berpendapat bahwa konflik telah berkembang dirumah sakit kolombo?
- Apakah penetapan garis-garis wewenang secara jelas akan memecahkan semua masalah-masalah yang digambarkan dalam kasus? Mengapa atau mengapa tidak?
- Apa yang harus dilakukan Bapak Subaki?
- karena konflik yang diawalnya hanya terjadi antara Rinto dan Dr. Hastomo kemudian menjadi berkembang dengan terjadinya banyak keluhan dari beberapa ahli bedah yang menjadikan konflik ini semakin kritis
- iya, karena suatu penetapan wewenang yang jelas dapat mengurangi penyimpangan terhadap wewnang yang diberikan.
- melakukan rapat anggota juga dewan direktur rumah sakit untuk mengevaluasi jabatan, kekuasaan, serta tanggung jawab masing-masing anggota agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar